Jumat, 15 Juli 2011

Rahman Bocah Malang Yang Terlupakan

Ironis sekali,meski tinggal di belakang rumah kepala desa cibarusah kota dan hanya seratus meter dari kantor kecamatan cibarusah ,Rahman bocah berusia 6 th yang tumbuh tidak normal,seperti di abaikan bahkan tetangga pun banyak yang tidak mengenal nya.Redaksi kilas cibarusah,secara tidak sengaja berjumpa rahman,di angkot ketika dibawa nenek ke rumah saudaranya di serang.Ketika hal ini di sampaikan ke camat cibarusah  Hudaya ,beliau mengaku belum tahu dan langsung merespon dengan menghubungi pihak puskesmas cibarusah,mudah-mudahan pihak kecamatan dan puskesmas merespon dengan baik.Redaksi akan menunggu hingga seminggu,apakah Rahman ditangani dengan baik ataukah tidak. (RAH/Kibar Redaksi)
Ironis sekali,meski tinggal di belakang rumah kepala desa cibarusah kota dan hanya seratus meter dari kantor kecamatan cibarusah ,Rahman bocah berusia 6 th yang tumbuh tidak normal,seperti di abaikan bahkan tetangga pun banyak yang tidak mengenal nya.Redaksi kilas cibarusah,secara tidak sengaja berjumpa rahman,di angkot ketika dibawa nenek ke rumah saudaranya di serang.Ketika hal ini di sampaikan ke camat cibarusah  Hudaya ,beliau mengaku belum tahu dan langsung merespon dengan menghubungi pihak puskesmas cibarusah,mudah-mudahan pihak kecamatan dan puskesmas merespon dengan baik.Redaksi akan menunggu hingga seminggu,apakah Rahman ditangani dengan baik ataukah tidak. (RAH/Kibar Redaksi)

Kamis, 19 Mei 2011

SMAN 1 CIBARUSAH GELAR SEMINAR KESEHATAN

Cikoronjo - Perkembangan dunia remaja sekarang ini yang di warnai kehidupan glamor & hedonis nampaknya menimbulkan kegelisahan baru di semua kalangan. Terlebih saat ini dari remaja sendiri banyak kelakuan yang mengarah pada pergaulan hidup seperti tanpa batas. Hal tersebut bisa dilihat dengan merebaknya kasus seks bebas, narkoba dan lain-lain. Mengingat rendahnya pengetahuan remaja saat ini terutama masalah seks bebas yang ujungnya terkait dengan kesehatan reproduksi mendorong sekumpulan siswa yang tergabung dalam PMR WIRA SMAN 1 Cibarusah untuk mengadakan seminar kesehatan yang bertema "kesehatan reproduksi remaja".
Saat ditemui di sela-sela persiapan acara minggu (15/5/2011), ketua panitia seminar kesehatan etika putri mengungkapkan bahwa pelaksanaan seminar kesehatan ini ditujukan untuk para remaja agar menjaga kesehatan reproduksinya terutama wanita. "minimal mereka mengetahui bahaya dan akibatnya seperti apa". Tegas putri sapaan akrabnya.
Di tempat yang sama hal senada juga datang dari Nuri Eka, ketua PMR WIRA SMAN 1 Cibarusah. "pada intinya kami menjalankan seminar ini selain untuk memberikan informasi kesehatan remaja juga dalam proses pelaksanaan program kepengurusan ka selama setahun ini". Ujar Nuri.
Kegiatan seminar kesehatan yang akan digelar pada hari sabtu, 21 mei 2011 ini membidik peserta dari seluruh kelas XI IPA dan IPS, kelas X SMAN 1 Cibarusah dan juga undangan dari sekolah-sekolah yang ada disekitar Cibarusah serta tambahan dari undangan alimni-alumni PMR SMAN 1 Cibarusah.
Adapun mengenai pembicara seminar ini menurut nuri berasal dari PUSKESMAS Cibarusah. “untuk pembicara dari PUSKESMAS Cibarusah, pak asep dan Dr. Aab Syehabudin”. Jelas siswa yang berdomisili di perumahan Mutiara Bekasi Jaya ini.
Menanggapi dengan akan berlangsungya seminar kesehatan yang pertama kali di gelar ini dukungan dan semangat silih berganti datang termasuk dari salah seorang Alumni PMR Defri Mayenti. Dalam keterangannya beliau menjelaskan bahwa dengan di;laksanakannya seminar ini sunguh sesuatu yang sangat luar biasa, “biasanya kan yang mengadakan seminar itu anak kuliah, tetapi ini anak SMA ekskul PMR yang melaksanakannya. Tentunya ini merupakan sebuah terobosan baru dan yang melaksanakannya mempunyai pkiran maju, patut untuk kita acungkan jempol”. Pungkas wanita yang juga mahasiswi salah satu akademi kebidanan yang ada di Bekasi. (Dj/SEBAR)

Cikoronjo - Perkembangan dunia remaja sekarang ini yang di warnai kehidupan glamor & hedonis nampaknya menimbulkan kegelisahan baru di semua kalangan. Terlebih saat ini dari remaja sendiri banyak kelakuan yang mengarah pada pergaulan hidup seperti tanpa batas. Hal tersebut bisa dilihat dengan merebaknya kasus seks bebas, narkoba dan lain-lain. Mengingat rendahnya pengetahuan remaja saat ini terutama masalah seks bebas yang ujungnya terkait dengan kesehatan reproduksi mendorong sekumpulan siswa yang tergabung dalam PMR WIRA SMAN 1 Cibarusah untuk mengadakan seminar kesehatan yang bertema "kesehatan reproduksi remaja".
Saat ditemui di sela-sela persiapan acara minggu (15/5/2011), ketua panitia seminar kesehatan etika putri mengungkapkan bahwa pelaksanaan seminar kesehatan ini ditujukan untuk para remaja agar menjaga kesehatan reproduksinya terutama wanita. "minimal mereka mengetahui bahaya dan akibatnya seperti apa". Tegas putri sapaan akrabnya.
Di tempat yang sama hal senada juga datang dari Nuri Eka, ketua PMR WIRA SMAN 1 Cibarusah. "pada intinya kami menjalankan seminar ini selain untuk memberikan informasi kesehatan remaja juga dalam proses pelaksanaan program kepengurusan ka selama setahun ini". Ujar Nuri.
Kegiatan seminar kesehatan yang akan digelar pada hari sabtu, 21 mei 2011 ini membidik peserta dari seluruh kelas XI IPA dan IPS, kelas X SMAN 1 Cibarusah dan juga undangan dari sekolah-sekolah yang ada disekitar Cibarusah serta tambahan dari undangan alimni-alumni PMR SMAN 1 Cibarusah.
Adapun mengenai pembicara seminar ini menurut nuri berasal dari PUSKESMAS Cibarusah. “untuk pembicara dari PUSKESMAS Cibarusah, pak asep dan Dr. Aab Syehabudin”. Jelas siswa yang berdomisili di perumahan Mutiara Bekasi Jaya ini.
Menanggapi dengan akan berlangsungya seminar kesehatan yang pertama kali di gelar ini dukungan dan semangat silih berganti datang termasuk dari salah seorang Alumni PMR Defri Mayenti. Dalam keterangannya beliau menjelaskan bahwa dengan di;laksanakannya seminar ini sunguh sesuatu yang sangat luar biasa, “biasanya kan yang mengadakan seminar itu anak kuliah, tetapi ini anak SMA ekskul PMR yang melaksanakannya. Tentunya ini merupakan sebuah terobosan baru dan yang melaksanakannya mempunyai pkiran maju, patut untuk kita acungkan jempol”. Pungkas wanita yang juga mahasiswi salah satu akademi kebidanan yang ada di Bekasi. (Dj/SEBAR)

Kamis, 31 Maret 2011

Cara menghilangkan rasa malas Remaja

Malas bisa di hindari ketika remaja datang menyerang kemauan dan semangat kita, di bawah ini ada beberapa tips antara lain:
1. Membasuh muka atau mandi ketika kantuk menyerang

2. Mengubah posisi duduk ketika membaca. Misalnya dari duduk berubah menjadi berdiri, namun disarankan jangan dari duduk terus berbaring bisa berbahaya atau bisa kebablasan tidur
3. Berpindah dari ruang baca ke kamar yang lain. Berpindah dari kamar kita ke beranda kos, ruang tamu atau bahkan bisa juga ke dapur
4. Menghirup udara yang segar dengan cara berdiri di dekat jendela atau membuka jendela-jendela kamar lain untuk menambah kesegaran 
<!== more ==>
5. Berjalan-jalan sebentar di sekeliling rumah. Bisa diganti dengan kegiatan yang lain misalnya merapikan rak yang berantakan, atau kegiatan yang lain yang bisa menggerakkan otot-otot kita
6. Berbincang-bincang sebentar dengan keluarga atau teman. Hati-hati jangan sampai lupa tujuan utama dalam berbincang-bincang yaitu untuk menumbuhkan semangat, bukan untuk ngobrol bahkan meng-ghibah
7. Berdiri membuat secangkir kopi, teh, susu atau juice untuk menghilangkan kebosanan dan menjernihkan akal.
Malas bisa di hindari ketika remaja datang menyerang kemauan dan semangat kita, di bawah ini ada beberapa tips antara lain:
1. Membasuh muka atau mandi ketika kantuk menyerang

2. Mengubah posisi duduk ketika membaca. Misalnya dari duduk berubah menjadi berdiri, namun disarankan jangan dari duduk terus berbaring bisa berbahaya atau bisa kebablasan tidur
3. Berpindah dari ruang baca ke kamar yang lain. Berpindah dari kamar kita ke beranda kos, ruang tamu atau bahkan bisa juga ke dapur
4. Menghirup udara yang segar dengan cara berdiri di dekat jendela atau membuka jendela-jendela kamar lain untuk menambah kesegaran 
<!== more ==>
5. Berjalan-jalan sebentar di sekeliling rumah. Bisa diganti dengan kegiatan yang lain misalnya merapikan rak yang berantakan, atau kegiatan yang lain yang bisa menggerakkan otot-otot kita
6. Berbincang-bincang sebentar dengan keluarga atau teman. Hati-hati jangan sampai lupa tujuan utama dalam berbincang-bincang yaitu untuk menumbuhkan semangat, bukan untuk ngobrol bahkan meng-ghibah
7. Berdiri membuat secangkir kopi, teh, susu atau juice untuk menghilangkan kebosanan dan menjernihkan akal.

Nuansa Islam dalam Kesenian Sunda

Oleh GANJAR KURNIA

MENURUT Ayatrohaedi (1986), masuknya Islam ke tanah Sunda diperkirakan berlangsung pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Besar kemungkinan bahwa tokoh Prabu Siliwangi tersebut adalah Prabu Niskala Wastukancana anak Prabu Maharaja (memerintah 1350-1370) yang berkuasa cukup lama yaitu dari tahun 1371-1475.

Selanjutnya, kata Ayatrohaedi (1995), sejak saat itu, terlebih-lebih sejak Sunan Gunung Djati menguasai Banten (1525) dan Kalapa (1527), boleh dikatakan bahwa masyarakat di daerah pusat kekuasaan sudah bercirikan keislaman. Sedangkan masyarakat pedalaman yang jauh dari pusat kekuasaan masih tetap mempertahankan tradisi dan kepercayaan mereka yang lama.

Karena pusat-pusat kekuasaan sudah sepenuhnya bercorak Islam, sementara khazanah-khazanah lama tersimpan di kabuyutan-kabuyutan terpencil, sejak abad ke-19 jika orang berbicara mengenai masyarakat Sunda, maka salah satu ciri khasnya adalah Islam (Ayatrohaedi, 1988).

Di dalam pandangan Saini KM (1995), bisa diterimanya Islam dengan baik di tatar Sunda karena di antara keduanya, yaitu Islam dan Sunda mempunyai persamaan paradigmatik yang bercirikan Platonik. Islam memandang dan memahami dunia sebagai ungkapan azas-azas mutlak dan terekam dalam wahyu Allah. Sedangkan kebudayaan Sunda lama meletakkan nilai-nilai mutlak yang kemudian diwujudkan dalam adat beserta berbagai upacaranya.

Melihat rentang waktu yang lama (sampai saat ini kurang lebih sudah 630 tahun), dan di antara keduanya banyak persamaan, sungguh wajar apabila Islam sudah berurat-berakar di dalam masyarakat Sunda termasuk memengaruhi kegiatan berkeseniannya. Kesadaran “manunggalnya” Islam dengan Sunda pernah mencuat pada Musyawarah Masyarakat II di Bandung pada tahun 1967. Endang Saefudin Anshari, yang bukan orang Sunda pituin, menyatakan tesisnya tentang Sunda-Islam dan Islam-Sunda. Terlepas dari perdebatan yang terjadi (bahkan sampai sekarang), kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini, sebagian besar orang Sunda memeluk agama Islam, sehingga sedikit banyak Islam telah menjadi salah satu ciri jati dirinya.

Kesenian Sunda

AKULTURASI Islam dengan Sunda dapat terlihat dari beberapa jenis kesenian yang ada di tatar Sunda. Selain sebagai hasil dari interaksi, akulturasi ini terjadi karena pada awalnya dan bahkan hingga saat ini, kesenian seringkali digunakan sebagai sarana penyebaran syiar Islam. Strategi seperti ini terutama dilakukan oleh para wali pada awal-awal penyebaran Islam di Pulau Jawa. Pengaruh Islam terhadap kesenian Sunda ini di antaranya dapat dilihat dari aspek tulis-menulis, cerita, seni arsitektur, seni musik, seni pertunjukan, sastra, seni suara, dsb.

Dari aspek tulis-menulis, di luar aksara Sunda (kaganga), huruf Jawa (hanacaraka), huruf latin, di tatar Sunda ditemukan pula tulisan beraksara pegon (huruf Arab gundul). Tulisan-tulisan yang beraksara Pegon ini di antaranya dapat terlihat pada wawacan, surat-menyurat, tafsir, silsilah, dsb. Berkaitan dengan kegiatan tulis-menulis ini (termasuk gambar), ditemukan pula beberapa mushaf Alquran yang mempunyai corak khas Sunda, bahkan sekarang ini lebih dikembangkan lagi menjadi Alquran Mushaf Sundawi. Selain daripada itu ada pula seni menulis indah yang biasa disebut “khot” atau kaligrafi yang di antaranya dapat terlihat di masjid-masjid atau lukisan kaca.

Untuk bidang sastra, beberapa wawacan di antaranya bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Sebagai contoh, Wawacan Carios Para Nabi, Wawacan Sajarah Ambiya, Wawacan Kean Santang, Wawacan Syeh Abdul Kodir Jaelani, dsb. Bentuk-bentuk karya sastra lain yang terkait dengan “Islam” dapat dilihat pula pada hasil karya Haji Hasan Mustofa. Untuk yang lebih mutakhir di antaranya, “Pahlawan ti Pasantren” (Ki Umbara dan SA Hikmat), “Jiad Ajengan” (Usep Romli HM), “Dongeng Enteng ti Pasantren” (RAF), dsb.

Selain itu, sudah sejak awal ada upaya-upaya untuk membuat tafsir atau terjemahan Alquran ke dalam bahasa Sunda. Upaya yang paling mutakhir adalah apa yang dilakukan oleh Drs. Hidayat Suryalaga dengan membuat terjemahan Alquran dalam bentuk dangding yang disebut Nur Hidayahan. Sekarang ini, terjemahan Nur Hidayahan sudah biasa “dihaleuangkeun” di dalam tembang Cianjuran.

Apabila di dalam Islam dikenal seni membaca Alquran (qiro’ah) di tatar Sunda ada beberapa lagu-lagu Islami yang dikumandangkan dengan mengandalkan keindahan suara pula. Contohnya dapat terlihat pada beluk, seni terbang, dan juga Cigawiran/Pagerageungan.

Seni lain yang mengaitkan sastra dan lagu di antaranya adalah lagu-lagu “pupujian” atau biasa juga disebut “nadhom”. Salah satu “nadhom” yang cukup terkenal adalah “Anak Adam”. Cuplikannya, “Anak Adam urang di dunya ngumbara//Umur urang di dunya teh moal lila//Anak Adam umur urang teh ngurangan//Saban poe saban peuting di kurangan.”

Untuk seni musik selama ini ada kesan bahwa musik yang “islami” itu hanyalah yang menggunakan “genjring” dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa arab (tagoni) atau lagu-lagu bernapaskan Islam. Di luar itu sebenarnya banyak seni musik lain yang juga bernuansa Islam, dengan salah satu cirinya adalah mengiringi lagu-lagu yang menggunakan bahasa Arab sebagai pujian (salawat) kepada Nabi Muhammad saw. Beberapa jenis kesenian yang menggunakan lagu-lagu salawat Nabi adalah badeng di Ciamis, benjang yang menggunakan lagu-lagu dari rudat, seperti asrokol, badatmala, serta rudat sendiri (seni bela diri di mana setiap gerakannya diiringi dengan lagu-lagu salawat).

Untuk seni pertunjukan yang berbentuk helaran, di antaranya adalah seni burokan di Cirebon. Kesenian bentuk badawang ini, konon diilhami oleh burok yang di gunakan Nabi Muhammad ketika Mikraj ke Sidratul Muntaha.

Beberapa pertunjukan kesenian yang bernuansa islami tersebut di antaranya dipergelarkan pada saat kejadian vital, terutama pada saat kelahiran. Empat puluh hari setelah seorang anak lahir, selain dilakukan marhaba dengan membaca (baca: melagukan) barzanzi, ada pula yang nanggap beluk dengan lakon wawacan Nabi Paras. Pembacaan wawacan dengan cara dilagukan ini, di beberapa tempat dilakukan pula pada saat acara muludan.

Adaptasi budaya

ADAPTASI orang Sunda terhadap Islam di dalam kesenian ini, terlihat pula dari adanya upaya-upaya untuk memberikan nuansa Sunda kepada Islam itu sendiri. Untuk bangunan mesjid misalnya, di tatar Sunda pada awalnya banyak yang tidak mengikuti gaya arsitektur mesjid yang umum (gaya Timur Tengah) seperti dalam bentuk kubah (momolo), pintu masuk, mihrab, dsb. Di tatar Sunda sendiri banyak bentuk masjid yang khas sesuai dengan gaya arsitektur setempat. Di antaranya bentuk bangunan Masjid Agung Bandung zaman dulu -yang terkenal dengan “bale nyungcung”-nya.

Untuk bidang tarik suara, upaya untuk membumikan Islam di tatar Sunda dapat terdengar dari irama lagu surat Alikhlas pada acara tahlilan atau ketika melafazkan “wa’fu anna waghfirlana warhamna”-juga pada tahlilan. Kedua irama lagu tersebut, jelas-jelas tidak termasuk ke dalam qiroah sab’ah dan tidak ditemukan di daerah-daerah lain. Hal yang sama dapat terdengar pula pada irama lagu takbiran (walilat) atau irama azan yang bernuansa beluk.

Kebalikan dari itu, ada pula upa­ya-upaya untuk “mengislamkan” berbagai kesenian Sunda. Untuk tembang Cianjuran, di antaranya ada yang melakukan perubahan rumpaka dari “Pun ampun ka Sang Rumuhun//Ka Batara nu ngayuga//Ka Batari nu ngajagi” menjadi “Pun ampun ka nu Yang Agung//Ka Pangeran (Ka Allah) anu Ngayuga//Ka Gusti anu ngajagi (Ka Gusti Robbul Idzati).”

Pada ngarajah atau sawer, nuansa Islam terdengar di antaranya dengan diucapkannya “Astaghfirullohal ‘adzim” pada bubuka sawer dan “Amin Ya Robbal Alamin mugi Gusti nangtayungan” pada akhir lagu (rajah dan sawer).

Ngadulag juga bisa disebut sebagai proses pembumian Islam di tatar Sunda dan di Indonesia pada umumnya, karena di daerah asalnya Islam, tidak ditemukan ditemukan bedug dan kohkol.

Khotimah

APA yang dikemukakan di atas, bisa jadi hanyalah sebagian kecil saja dari berbagai kesenian Sunda yang bernuansa Islam. Sudah barang tentu masih banyak lagi, seperti misalnya “seni” main bola api yang ada di pesantren-pesantren, jangjawokan, dsb. Sebagai kekayaan budaya, jenis-jenis kesenian tersebut idealnya dapat terus dipertahankan atau minimal bisa diinventarisasi. Hanya saja, agar tidak memunculkan kesalahfahaman interpretasi yang bisa menjurus kepada stigmatisasi (misalnya bidah atau bahkan musyrik), perlu kiranya dibuat kesepakatan di dalam pemilahan, mana yang masuk ke dalam ranah kesenian dan mana yang masuk ke ranah ritual keagamaan. Wallahu’alam.***

sumber :
Oleh GANJAR KURNIA

MENURUT Ayatrohaedi (1986), masuknya Islam ke tanah Sunda diperkirakan berlangsung pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Besar kemungkinan bahwa tokoh Prabu Siliwangi tersebut adalah Prabu Niskala Wastukancana anak Prabu Maharaja (memerintah 1350-1370) yang berkuasa cukup lama yaitu dari tahun 1371-1475.

Selanjutnya, kata Ayatrohaedi (1995), sejak saat itu, terlebih-lebih sejak Sunan Gunung Djati menguasai Banten (1525) dan Kalapa (1527), boleh dikatakan bahwa masyarakat di daerah pusat kekuasaan sudah bercirikan keislaman. Sedangkan masyarakat pedalaman yang jauh dari pusat kekuasaan masih tetap mempertahankan tradisi dan kepercayaan mereka yang lama.

Karena pusat-pusat kekuasaan sudah sepenuhnya bercorak Islam, sementara khazanah-khazanah lama tersimpan di kabuyutan-kabuyutan terpencil, sejak abad ke-19 jika orang berbicara mengenai masyarakat Sunda, maka salah satu ciri khasnya adalah Islam (Ayatrohaedi, 1988).

Di dalam pandangan Saini KM (1995), bisa diterimanya Islam dengan baik di tatar Sunda karena di antara keduanya, yaitu Islam dan Sunda mempunyai persamaan paradigmatik yang bercirikan Platonik. Islam memandang dan memahami dunia sebagai ungkapan azas-azas mutlak dan terekam dalam wahyu Allah. Sedangkan kebudayaan Sunda lama meletakkan nilai-nilai mutlak yang kemudian diwujudkan dalam adat beserta berbagai upacaranya.

Melihat rentang waktu yang lama (sampai saat ini kurang lebih sudah 630 tahun), dan di antara keduanya banyak persamaan, sungguh wajar apabila Islam sudah berurat-berakar di dalam masyarakat Sunda termasuk memengaruhi kegiatan berkeseniannya. Kesadaran “manunggalnya” Islam dengan Sunda pernah mencuat pada Musyawarah Masyarakat II di Bandung pada tahun 1967. Endang Saefudin Anshari, yang bukan orang Sunda pituin, menyatakan tesisnya tentang Sunda-Islam dan Islam-Sunda. Terlepas dari perdebatan yang terjadi (bahkan sampai sekarang), kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini, sebagian besar orang Sunda memeluk agama Islam, sehingga sedikit banyak Islam telah menjadi salah satu ciri jati dirinya.

Kesenian Sunda

AKULTURASI Islam dengan Sunda dapat terlihat dari beberapa jenis kesenian yang ada di tatar Sunda. Selain sebagai hasil dari interaksi, akulturasi ini terjadi karena pada awalnya dan bahkan hingga saat ini, kesenian seringkali digunakan sebagai sarana penyebaran syiar Islam. Strategi seperti ini terutama dilakukan oleh para wali pada awal-awal penyebaran Islam di Pulau Jawa. Pengaruh Islam terhadap kesenian Sunda ini di antaranya dapat dilihat dari aspek tulis-menulis, cerita, seni arsitektur, seni musik, seni pertunjukan, sastra, seni suara, dsb.

Dari aspek tulis-menulis, di luar aksara Sunda (kaganga), huruf Jawa (hanacaraka), huruf latin, di tatar Sunda ditemukan pula tulisan beraksara pegon (huruf Arab gundul). Tulisan-tulisan yang beraksara Pegon ini di antaranya dapat terlihat pada wawacan, surat-menyurat, tafsir, silsilah, dsb. Berkaitan dengan kegiatan tulis-menulis ini (termasuk gambar), ditemukan pula beberapa mushaf Alquran yang mempunyai corak khas Sunda, bahkan sekarang ini lebih dikembangkan lagi menjadi Alquran Mushaf Sundawi. Selain daripada itu ada pula seni menulis indah yang biasa disebut “khot” atau kaligrafi yang di antaranya dapat terlihat di masjid-masjid atau lukisan kaca.

Untuk bidang sastra, beberapa wawacan di antaranya bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Sebagai contoh, Wawacan Carios Para Nabi, Wawacan Sajarah Ambiya, Wawacan Kean Santang, Wawacan Syeh Abdul Kodir Jaelani, dsb. Bentuk-bentuk karya sastra lain yang terkait dengan “Islam” dapat dilihat pula pada hasil karya Haji Hasan Mustofa. Untuk yang lebih mutakhir di antaranya, “Pahlawan ti Pasantren” (Ki Umbara dan SA Hikmat), “Jiad Ajengan” (Usep Romli HM), “Dongeng Enteng ti Pasantren” (RAF), dsb.

Selain itu, sudah sejak awal ada upaya-upaya untuk membuat tafsir atau terjemahan Alquran ke dalam bahasa Sunda. Upaya yang paling mutakhir adalah apa yang dilakukan oleh Drs. Hidayat Suryalaga dengan membuat terjemahan Alquran dalam bentuk dangding yang disebut Nur Hidayahan. Sekarang ini, terjemahan Nur Hidayahan sudah biasa “dihaleuangkeun” di dalam tembang Cianjuran.

Apabila di dalam Islam dikenal seni membaca Alquran (qiro’ah) di tatar Sunda ada beberapa lagu-lagu Islami yang dikumandangkan dengan mengandalkan keindahan suara pula. Contohnya dapat terlihat pada beluk, seni terbang, dan juga Cigawiran/Pagerageungan.

Seni lain yang mengaitkan sastra dan lagu di antaranya adalah lagu-lagu “pupujian” atau biasa juga disebut “nadhom”. Salah satu “nadhom” yang cukup terkenal adalah “Anak Adam”. Cuplikannya, “Anak Adam urang di dunya ngumbara//Umur urang di dunya teh moal lila//Anak Adam umur urang teh ngurangan//Saban poe saban peuting di kurangan.”

Untuk seni musik selama ini ada kesan bahwa musik yang “islami” itu hanyalah yang menggunakan “genjring” dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa arab (tagoni) atau lagu-lagu bernapaskan Islam. Di luar itu sebenarnya banyak seni musik lain yang juga bernuansa Islam, dengan salah satu cirinya adalah mengiringi lagu-lagu yang menggunakan bahasa Arab sebagai pujian (salawat) kepada Nabi Muhammad saw. Beberapa jenis kesenian yang menggunakan lagu-lagu salawat Nabi adalah badeng di Ciamis, benjang yang menggunakan lagu-lagu dari rudat, seperti asrokol, badatmala, serta rudat sendiri (seni bela diri di mana setiap gerakannya diiringi dengan lagu-lagu salawat).

Untuk seni pertunjukan yang berbentuk helaran, di antaranya adalah seni burokan di Cirebon. Kesenian bentuk badawang ini, konon diilhami oleh burok yang di gunakan Nabi Muhammad ketika Mikraj ke Sidratul Muntaha.

Beberapa pertunjukan kesenian yang bernuansa islami tersebut di antaranya dipergelarkan pada saat kejadian vital, terutama pada saat kelahiran. Empat puluh hari setelah seorang anak lahir, selain dilakukan marhaba dengan membaca (baca: melagukan) barzanzi, ada pula yang nanggap beluk dengan lakon wawacan Nabi Paras. Pembacaan wawacan dengan cara dilagukan ini, di beberapa tempat dilakukan pula pada saat acara muludan.

Adaptasi budaya

ADAPTASI orang Sunda terhadap Islam di dalam kesenian ini, terlihat pula dari adanya upaya-upaya untuk memberikan nuansa Sunda kepada Islam itu sendiri. Untuk bangunan mesjid misalnya, di tatar Sunda pada awalnya banyak yang tidak mengikuti gaya arsitektur mesjid yang umum (gaya Timur Tengah) seperti dalam bentuk kubah (momolo), pintu masuk, mihrab, dsb. Di tatar Sunda sendiri banyak bentuk masjid yang khas sesuai dengan gaya arsitektur setempat. Di antaranya bentuk bangunan Masjid Agung Bandung zaman dulu -yang terkenal dengan “bale nyungcung”-nya.

Untuk bidang tarik suara, upaya untuk membumikan Islam di tatar Sunda dapat terdengar dari irama lagu surat Alikhlas pada acara tahlilan atau ketika melafazkan “wa’fu anna waghfirlana warhamna”-juga pada tahlilan. Kedua irama lagu tersebut, jelas-jelas tidak termasuk ke dalam qiroah sab’ah dan tidak ditemukan di daerah-daerah lain. Hal yang sama dapat terdengar pula pada irama lagu takbiran (walilat) atau irama azan yang bernuansa beluk.

Kebalikan dari itu, ada pula upa­ya-upaya untuk “mengislamkan” berbagai kesenian Sunda. Untuk tembang Cianjuran, di antaranya ada yang melakukan perubahan rumpaka dari “Pun ampun ka Sang Rumuhun//Ka Batara nu ngayuga//Ka Batari nu ngajagi” menjadi “Pun ampun ka nu Yang Agung//Ka Pangeran (Ka Allah) anu Ngayuga//Ka Gusti anu ngajagi (Ka Gusti Robbul Idzati).”

Pada ngarajah atau sawer, nuansa Islam terdengar di antaranya dengan diucapkannya “Astaghfirullohal ‘adzim” pada bubuka sawer dan “Amin Ya Robbal Alamin mugi Gusti nangtayungan” pada akhir lagu (rajah dan sawer).

Ngadulag juga bisa disebut sebagai proses pembumian Islam di tatar Sunda dan di Indonesia pada umumnya, karena di daerah asalnya Islam, tidak ditemukan ditemukan bedug dan kohkol.

Khotimah

APA yang dikemukakan di atas, bisa jadi hanyalah sebagian kecil saja dari berbagai kesenian Sunda yang bernuansa Islam. Sudah barang tentu masih banyak lagi, seperti misalnya “seni” main bola api yang ada di pesantren-pesantren, jangjawokan, dsb. Sebagai kekayaan budaya, jenis-jenis kesenian tersebut idealnya dapat terus dipertahankan atau minimal bisa diinventarisasi. Hanya saja, agar tidak memunculkan kesalahfahaman interpretasi yang bisa menjurus kepada stigmatisasi (misalnya bidah atau bahkan musyrik), perlu kiranya dibuat kesepakatan di dalam pemilahan, mana yang masuk ke dalam ranah kesenian dan mana yang masuk ke ranah ritual keagamaan. Wallahu’alam.***

sumber :

Tipe Cewek Berdasarkan Nomor Terakhir Handphone

Nomor terakhirnya:

* 0(nol) = Nol melambangkan sesuatu yang bolong, berarti cewek yang bersangkutan, kehormatannya udah b’long(ini pada umumnya loh…). Kaya rem saja!

* 1(satu) = Satu melambangkan berdiri sendiri dan kokoh, artinya cewek yg bersangkutan, bersifat egois, merasa dirinya dapat hidup sendiri tanpa bantuan cowok.

* 2(dua) = Dua melambangkan binatang bebek. Lihat aja, Kaya bebek kan? Bebek sukanya hidup di air. Artinya cewek tersebut sukanya basah-basahan dan hobi bgt berkeringat atau dikeringati.

* 3(tiga) = Tiga melambangkan daun telinga. Itu artinya cewek tersebut suka menguping pembicaraan orang lain yang ujung-ujungnya mengumpat(nge-gosip). Itu sangat dilarang sekali dalam agama. Apalagi ketika sedang berpuasa.

* 4(empat) = Empat melambangkan kursi. Artinya cewek pemilik nomor hape yang nomor paling belakangnya angka 4, bersifat malas, tidak mau bekerja keras. Kerjaannya cuma duduk dan duduk sajah.

* 5(lima) = Lima melambangkan kail(hook), itu artinya cewek yang bersangkutan cewek gampangan, mudah dirayu dan dipancing oleh lawan jenis.

* 6(enam) = Enam melambangkan gantungan. Artinya cewek tersebut selalu menggantungkan dirinya pada cowok. Merasa pasrah dan bersedia diapa-apain oleh cowok.

* 7(tujuh) = Tujuh melambangkan cangkul. Artinya cewek tersebut aslinya berasal dari kampung. Namun sok sok-an berlagak kayak orang kota. Kebanyakan cewek ini adalah Cormod(Korban mode).

* 8(delapan) = Delapan melambangkan Be-Ha(pasti tau lah…).Coba aja dimiringkan, mirip BH kan? Artinya cewek tersebut termasuk cewek yang payudaranya berukuran di atas rata-rata alias super. Entah karena tumbuh sendiri atau sering dipegang sama pacarnya.

* 9(sembilan) = Sembilan melambangkan monyet. Monyet makanan favoritnya pisang. Berarti cewek yang bersangkutan sukanya pisang-pisangan dan segala sesuatu yang kaya pisang apalagi pisangnya yang keras dan besar.

Tentu saja ini hanya jokes hihi
Nomor terakhirnya:

* 0(nol) = Nol melambangkan sesuatu yang bolong, berarti cewek yang bersangkutan, kehormatannya udah b’long(ini pada umumnya loh…). Kaya rem saja!

* 1(satu) = Satu melambangkan berdiri sendiri dan kokoh, artinya cewek yg bersangkutan, bersifat egois, merasa dirinya dapat hidup sendiri tanpa bantuan cowok.

* 2(dua) = Dua melambangkan binatang bebek. Lihat aja, Kaya bebek kan? Bebek sukanya hidup di air. Artinya cewek tersebut sukanya basah-basahan dan hobi bgt berkeringat atau dikeringati.

* 3(tiga) = Tiga melambangkan daun telinga. Itu artinya cewek tersebut suka menguping pembicaraan orang lain yang ujung-ujungnya mengumpat(nge-gosip). Itu sangat dilarang sekali dalam agama. Apalagi ketika sedang berpuasa.

* 4(empat) = Empat melambangkan kursi. Artinya cewek pemilik nomor hape yang nomor paling belakangnya angka 4, bersifat malas, tidak mau bekerja keras. Kerjaannya cuma duduk dan duduk sajah.

* 5(lima) = Lima melambangkan kail(hook), itu artinya cewek yang bersangkutan cewek gampangan, mudah dirayu dan dipancing oleh lawan jenis.

* 6(enam) = Enam melambangkan gantungan. Artinya cewek tersebut selalu menggantungkan dirinya pada cowok. Merasa pasrah dan bersedia diapa-apain oleh cowok.

* 7(tujuh) = Tujuh melambangkan cangkul. Artinya cewek tersebut aslinya berasal dari kampung. Namun sok sok-an berlagak kayak orang kota. Kebanyakan cewek ini adalah Cormod(Korban mode).

* 8(delapan) = Delapan melambangkan Be-Ha(pasti tau lah…).Coba aja dimiringkan, mirip BH kan? Artinya cewek tersebut termasuk cewek yang payudaranya berukuran di atas rata-rata alias super. Entah karena tumbuh sendiri atau sering dipegang sama pacarnya.

* 9(sembilan) = Sembilan melambangkan monyet. Monyet makanan favoritnya pisang. Berarti cewek yang bersangkutan sukanya pisang-pisangan dan segala sesuatu yang kaya pisang apalagi pisangnya yang keras dan besar.

Tentu saja ini hanya jokes hihi

Jumat, 25 Maret 2011

CIBARUSAH MEMPUNYAI SAKA BARU

Salah satu turunan dari ekstrakulikuler PRAMUKA adalah dengan adanya SAKA. Selama ini di Cibarusah sudah ada Saka Bhayangkara, Saka Wira Kartika Dll. Baru-baru ini kumpulan pelajar yang digagas oleh pramuka SMAN 1 Cibarusah berhasil membentuk Saka Bhakti Husada. Penggagas bernama winda dari Pramuka SMAN 1 Cibarusah mengungkapkan bahwa keberadaan Saka ini berrtujuan agar para pelajar bisa mencintai lingkungan dan kesehatan. Winda juga membenarkan bahwa Saka Bhakti Husada sudah terbentuk dengan andil dari berbagai pihak. “iya kemarin udah kebentuk 19-20 maret di puskesmas cibarusah sambil pelantikan anggota baru”. Jelas winda
Winda juga mengatakan bahwa untuk mengikuti saka ini tidak hanya anggota pramka saja tetapi juga untuk umum asalkan dia dilantik jadi anggota dulujadi anggota pramuka.
“untuk sementara anggota saka bhakti husada baru beranggotakan dari yaspi, yapida, jonggol, baspul, ciko, yayasan al-amin”. Tutur winda dalam pesan singkatnya kepada pemred seputar cibarusah.
Saat dikonfirmasi via telepon, ketua Saka bhakti husada Joko yang baru menjabat belum lama ini menuturkan bahwa terbentuknya saka ini muncul dari kesadaran akan pentingnya kesehatan. “terbentuknya saka ini tu karena kesadaran kita bersama akan pentingnya kesehatan bagi kita semua dan sebelumnya jga dulu kan pernah ada tapi vakum. Karena sudah tidak ada yang aktif, kita dapat bantuan dari ka fauzi (aktivis bhakti husada tambun), karena dicibarusah ada puskesmas jadi buat apa kalau kita tidak aktifkan lagi”. Cerita Joko yang juga pelajar dari SMKN 1 Cibarusah.
Salah satu turunan dari ekstrakulikuler PRAMUKA adalah dengan adanya SAKA. Selama ini di Cibarusah sudah ada Saka Bhayangkara, Saka Wira Kartika Dll. Baru-baru ini kumpulan pelajar yang digagas oleh pramuka SMAN 1 Cibarusah berhasil membentuk Saka Bhakti Husada. Penggagas bernama winda dari Pramuka SMAN 1 Cibarusah mengungkapkan bahwa keberadaan Saka ini berrtujuan agar para pelajar bisa mencintai lingkungan dan kesehatan. Winda juga membenarkan bahwa Saka Bhakti Husada sudah terbentuk dengan andil dari berbagai pihak. “iya kemarin udah kebentuk 19-20 maret di puskesmas cibarusah sambil pelantikan anggota baru”. Jelas winda
Winda juga mengatakan bahwa untuk mengikuti saka ini tidak hanya anggota pramka saja tetapi juga untuk umum asalkan dia dilantik jadi anggota dulujadi anggota pramuka.
“untuk sementara anggota saka bhakti husada baru beranggotakan dari yaspi, yapida, jonggol, baspul, ciko, yayasan al-amin”. Tutur winda dalam pesan singkatnya kepada pemred seputar cibarusah.
Saat dikonfirmasi via telepon, ketua Saka bhakti husada Joko yang baru menjabat belum lama ini menuturkan bahwa terbentuknya saka ini muncul dari kesadaran akan pentingnya kesehatan. “terbentuknya saka ini tu karena kesadaran kita bersama akan pentingnya kesehatan bagi kita semua dan sebelumnya jga dulu kan pernah ada tapi vakum. Karena sudah tidak ada yang aktif, kita dapat bantuan dari ka fauzi (aktivis bhakti husada tambun), karena dicibarusah ada puskesmas jadi buat apa kalau kita tidak aktifkan lagi”. Cerita Joko yang juga pelajar dari SMKN 1 Cibarusah.

PASKIBRA SMAN 1 CIBARUSAH TURUT SELEKSI PPI


Kegiatan ekstrakulikuler sebagai corong terdepan dalam mengharumkan nama sekolah dan mewadahi potensi serta bakat siswa harus mampu bersaing dengan sekolah lain termasuk dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan ditingkatan local maupun nasional.
Hal tersebut dilakukan oleh PASKIBRA SMAN 1 Cibarusah yang mengirimkan wakilnya untuk mengikuti seleksi PPI ditingkatan kabupaten bekasi.
saat dikonfirmasi via telepon oleh redaksi seputar cibarusah,. ketua PASKIBRA SMAN 1 Cibarusah mengungkapkan Seleksi ini dilaksanakan sebanyak tiga tahap seleksi. “seleksi PPI (Purna Paskibra-KA Indonesia) tahap satu tanggal 13 maret 2011 di cikarang utara seleksi tentang postur tubuh, seleksi tahap dua tanggal 20 maret 2011 seleksi interview dan seleksi tahap tiga tanggal 1 dan 2 april 2011 di pemda kabupaten bekasi”. Tutur atie.
Kegiata seleksi PPI ini biasanya diikuti rutin oleh kontingen Paskibra SMAN 1 Cibarusah, nantinya seleksi ini akan mendapatkan orang yang akan mengibarkan bendera saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia.
“seleksi ini dikuti oleh seluruh pelajar SMA kelas satu yang ada dikabupaten bekasi termasuk SMAN 1 Cibarusah, Yayasan Abdi Negara dan SMKN 1 Cibarusah dan alhamduillah SMAN 1 Cibarusah menempatkan dua wakilnya Fajar dan Jian yang akan mengikuti seleksi akhir di pemda, mudah-mudahan lolos”. Pungkas atie.
Dengan adanya kegiatan positif yang seperti ini tentunya menjadi harapan bagi kita semua, terlepas dari menang atau tidaknya yang terpenting mendapat pengalaman akan sesuatu yag luar biasa.

Kegiatan ekstrakulikuler sebagai corong terdepan dalam mengharumkan nama sekolah dan mewadahi potensi serta bakat siswa harus mampu bersaing dengan sekolah lain termasuk dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan ditingkatan local maupun nasional.
Hal tersebut dilakukan oleh PASKIBRA SMAN 1 Cibarusah yang mengirimkan wakilnya untuk mengikuti seleksi PPI ditingkatan kabupaten bekasi.
saat dikonfirmasi via telepon oleh redaksi seputar cibarusah,. ketua PASKIBRA SMAN 1 Cibarusah mengungkapkan Seleksi ini dilaksanakan sebanyak tiga tahap seleksi. “seleksi PPI (Purna Paskibra-KA Indonesia) tahap satu tanggal 13 maret 2011 di cikarang utara seleksi tentang postur tubuh, seleksi tahap dua tanggal 20 maret 2011 seleksi interview dan seleksi tahap tiga tanggal 1 dan 2 april 2011 di pemda kabupaten bekasi”. Tutur atie.
Kegiata seleksi PPI ini biasanya diikuti rutin oleh kontingen Paskibra SMAN 1 Cibarusah, nantinya seleksi ini akan mendapatkan orang yang akan mengibarkan bendera saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia.
“seleksi ini dikuti oleh seluruh pelajar SMA kelas satu yang ada dikabupaten bekasi termasuk SMAN 1 Cibarusah, Yayasan Abdi Negara dan SMKN 1 Cibarusah dan alhamduillah SMAN 1 Cibarusah menempatkan dua wakilnya Fajar dan Jian yang akan mengikuti seleksi akhir di pemda, mudah-mudahan lolos”. Pungkas atie.
Dengan adanya kegiatan positif yang seperti ini tentunya menjadi harapan bagi kita semua, terlepas dari menang atau tidaknya yang terpenting mendapat pengalaman akan sesuatu yag luar biasa.